Santri Harus Multitalenta
Dulu Aku pernah ditanya sama temanku. Setelah lulus nanti Aku mau lanjut ke sekolah mana. Aku jawab kalo Aku mau mondok. Eh, dia malah terkejut dan tertawa meledekku. Dia bilang mau jadi apa Aku mondok. Kata dia pondok itu tempatnya orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang perkembangan zaman alias ketinggalan zaman.
Di pondok, kata dia Aku hanya akan
disuruh ngaji, ngaji, dan ngaji. Ngaji terus seharian. Bahkan ijazahnya pondok
tidak diakui negara jadi sulit kalo mau nyari pekerjaan. Nanti inilah, itulah. Seketika
itu darahku meroket. Namun Aku tetap sabar mendengar ocehannya. Seakan-akan
dimata dia santri bukanlah apa-apa.
Lalu kutanya balik dia, “emang kamu
mau kemana dan jadi apa?”. Dengan percaya diri dan nada sedikit congkak dia
bilang kalo dia mau lanjut ke sekolah favorit, lalu kuliyah, lalu bla bla bla
sampai punya S1 dan sepatu. Entah apa yang dia katakan. Dia sangat yakin sekali
kalo mimpinya pasti terwujud. Padahal juga banyak kok orang yang sekolah
tinggi-tinggi namun ujung-ujungnya hanya jadi tukang becak, tukang bakso,
bahkan ada yang jadi pengacara alias pengangguran banyak acara. Betulkan?
Setelah mendengar ucapan temenku tadi Aku
rasa orang luar sudah salah menilai santri. Mereka mengira kalo santri itu
identik dengan kaum sarungan, kitab kuning, dan tidak bisa apa-apa. Tidak tahu
apa-apa tentang fisika kimia, apa itu IT. Makanya akan kubuktikan pada mereka
kalo santri itu bisa menyaingi anak kuliyahan dan membuat perubahan. Akan
kubuktikan kalo santri itu bisa jadi apa saja tak terkeceuali entertainer,
dokter, bahkan presiden.
Memangnya ada santri yang sudah jadi
orang hebat dan terkenal seperti di atas? Ada lah. Ada banyak santri yang sudah
naik daun sebab prestasi dan maha karyanya yang luar biasa.
Di antaranya ialah Ahmad Fuadi. Ia
adalah penulis novel Negeri Lima Menara yang sangat fenomenal saat ini. Bahkan
karya santri PP. Gontor ini diangkat menjadi film dan memenangkan berbagai
penghargaan.
Kedua Habubirrahman El Shirazy. Mendengar
namanya saja sudah terbayang siapa dia. Ya, dialah penulis novel Ayat-Ayat Cinta
dan Ketika Cinta Bertasbih. Berbagai penghargaan juga diterima oleh santri PP.
Mranggen sebab karyanya yang booming ini.
Ketiga adalah orang yang aktif
dibidang desain grafis dan animasi. Dialah A. Rofiq. Ada banyak karyanya yang
sudah terjual dan ditayangkan di stasiun televisi nasional maupun
internasional. Semua filmnya bernuansa islami dan mendidik. Diantara karyanya
ada Kokorockyou dan Bio Zone. Karya santri PP. Miftahul Ulum ini berhasil
meraup juara pertama dan kedua dalam Best Viewer Choice Animation Narration
dan Festival Film Indonesia.
Gimana hebatkan mereka? Mereka semua
adalah orang-orang yang berhasil mengharumkan nama santri dan membawanya ke panggung
dunia. Memang, orang luar hanya mengenal santri sebagai seorang yang tidak tahu
apa-apa, jauh dari perkembangan zaman, dan hanya bisa jadi pemimpin tahlilan.
So, santri tidak harus terus condong ke tradisi
salaf. Tidak harus terus belajar baca kitab. Santri juga harus bisa beradaptasi
dengan perkembangan zaman, mempelajari hal baru tentang dunia teknologi dan
informasi, menguasai segala bidang yang diperlukan untuk membuat perubahan. Sebab
di era globalisasi ini pesantren sudah memberikan fasilitas yang sangat memadai
untuk mengasah skill dan talenta yang kita miliki.
Sudah saatnya bagi santri untuk menuju
dunia luar, membuat perubahan dengan karyanya. Mungkin saja kamu bisa menjadi
seperti tokoh sukses di atas. Menjadi santri yang hebat dalam bidang apapun
namun tetap memegang teguh tradisi salaf. Menjadi santri yang ibadillah his
shalihin juga multitalenta. Dengan semangat belajar dan terus berusaha
tanpa lupa untuk berdoa, kamu pasti bisa mencapai bintangmu sendiri. Agar kamu
tidak dikatakan sebagai santri yang ketinggalan zaman.
Komentar
Posting Komentar